: reza
Malammalam romansa itu saling berkejar, susul menyusul pada mungkin yang entah bagaimana kau menamainya. Selaksa kepingan rindu, esensi yang sama masih begitu melekat dengan aroma kecintaanmu pada hitam. Berapa lama lagi, berapa jarak dan usia tempuh sebuah perjalanan?
“aku, masih bernafas” jawabmu, selalu dengan nada yang paling sederhana
Sesaat lalu kau melirihkan hangat dian mentari yang masih saling melambai bersama musim duka kitab abadi. Belum juga usai kau membacanya
“tentu saja, harum ingatan dan tempias gerimis itu berbeda, seperti bumi enggan menistakan cinta kasih pada Sang Malam” katamu.
27.02.2011
0 komentar:
Posting Komentar