Selasa, 28 Mei 2013

Just some old memory :)

Katakanlah, waktu selalu menjadi alasan untuk segala sesuatu. Katakanlah "Waktulah yang menyembuhkan". 

Beberapa malam lalu saya bermimpi tentang seseorang. Seseorang yang saya kenang dengan baik tentunya. Bukan karena dia seseorang yang pernah dekat dengan saya, ya karena saya percaya dia memang seseorang yang baik, dan kami pernah saling menjaga serta memiliki. 

Oh ya, ini bukan sebuah catatn sentimentil tentang seseorang di masa lalu tentunya, ini hanya sebuah catatan yang saya tujukan pada diri saya sendiri, sebuah peringatan bahwa saya pernah dengan benar menilai seseorang, lalu dengan tindakan yang saya anggap benar, saya melepaskannya dengan alasan yang benar, yang tak perlu saya sesali lagi saat ini. 

Berawal dari mimpi. Ya saya tau mimpi berhak menghidupkan kembali ingatan juga menghidupkan seseorang yang sudah sekian tahun tidak pernah saya temui lagi. Siapa dia? Saya mengenalnya tentu saja. 

Singkat cerita, dia adalah seseorang yang saya tinggalkan karena orang tua saya tidak pernah menyetujui hubungan saya dengan dia. Alasannya sederhana sih, dia tinggal di tempat yang notabene tempat tidak baik, dan dia hanya seorang anak penjual nasi kuning dan memiliki ayah yang juga tidak punya pekerjaan tetap. Saya mengenalnya sebagai salah satu mahasiswa pandai, mempunyai beasiswa, paruh waktu menjadi pekerja catering, paruh waktu menjadi guru les anak-anak SD. Dan dalam kesehariannya dia masih sempat melayani untuk gereja, juga komunitas rohani kampus. 

Apakah pernah ada sesal meninggalkannya? Dulu ya, sekarang tidak. Saya ingat satu saat diakhir semester ketika dia baru saja mengenal saya lebih dekat. Kami berdua pergi ke kampus dan melihat nilai-nilai ujian yang terpampang di dinding kampus. Nilai nya turun drastis dari tahun sebelumnya, sementara nilai saja menanjak drastis setelah ada dia. Suatu kebetulan yang kurang menyenangkan, karena separuh waktu ujian dialah yang mengajari saya setiap mata kuliah yang sulit. 

Saya tidak ingat lagi kenapa lalu setelah itu orang tua saya tidak pernah mau rela menyetujui saya dengan dia. Entah apa, apakah saat itu benar bahwa alasannya hanya sebatas materi ? Mengingat tak lama setelah itu keluarga kami mengalami kesulitan keuangan yang merepotkan dan mungkin keadaan saya dan dia menjadi sama. 

Tapi saya ingat-ingat lagi apa alasan saya meninggalkannya dan berbuat sedikit kejam pada dia? Tidak dipungkiri, saya yang cinta kebebasan dan suka mencari-cari alasan menjadikan orang tua adalah alasan, sementara jauh dalam diri saya, memang saya tertarik pada banyak pengalaman lain, bersama orang lain, dengan gejolak perasaan yang sehabisnya membuat saya hampa. Sesuatu yang semu. 

Ya memang bukan salah dia, bukan. Bukan dia tidak pernah memperjuangkan saya, itu juga salah. Satu hari dia membuka kembali jalan untuk memperbaikinya, tapi saya menolak... Menolak karena saat itu saya masih mau mempertahankan keegoisan saya. Dan bertahun-tahun setelah itu, bahkan sesudah saya menemukan orang lain saya tidak pernah merelakannya. Yup, stupid me. Tidak pernah merelakan kebodohan saya. (iya saya tahu itu kekanak-kanakan). 

*** 

Lalu, seperti kehidupan semua orang. Perjumpaan dan perpisahan terus menjadi bagian hidup kita. Menimbun kenangan lama mengikisnya dan memulai kenangan baru yang menjadikan kita melupakan kenangan lain. 

Jauh setelah saya tidka pernah bertemu dia lagi, saya sudah melupakan kebodohan saya yang lalu. Bukan apa, karena saya sudah membuat kebodohan baru yang tidak bisa saya lupakan pastinya. 

***

Hari ini saya mencoba mengunjungi rumah maya dia, hanya sekedar mengingat dan teringat. Ketika suatu pagi yang mendung radio memutarkan lagu-lagu lama yang yang kebetulan pernah dia rekam umtuk saya. Dan saya bahagia melihatnya. 

Kini dia punya seorang istri dan seorang anak lelaki. :) Dan saya yakin dia adalah kepala keluarga yang baik. Dan saya lega, bahwa saat itu saya tidak terlambat meninggalkan dia. Kenapa? Jika dia terus bersama saya saat itu, saya yakin, dia tidak akan punya cukup waktu (mungkin) untuk membenahi hidupnya dan terganggu oleh keadaan saya, yang terlalu sangat bergantung pada dia. 
Kini saya tahu dia sudah berhasil memperbaiki taraf kehidupan keluarganya. Dan dia sudah bisa mencapai cita-cita melalu kerja kerasnya (ya, saya tahu benar dia seorang pekerja keras). Dan untuk itu saya berbahagia. Tidak ada rasa sakit, tidak ada kecewa, karena saya tahu kehidupan ini selalu punya alasan mempertemukan, lalu memisahkan. 

God bless you, Ko...

ps: saya tahu, bahwa ada sesuatu yang pernah saya percayai itu benar, dan baik. sekalipun kita sudah dilupakan sejak kenangan yang baru telah dimulai :)

0 komentar: