Sabtu, 02 Juli 2011

day 04 - a song that makes you sad

: Firasat, Perasaan, dan Kenyataan

Entah kenapa saya harus mengakui kalau saya seseorang yang percaya pada firasat akan terjadi sesuatu. Padahan terkadang saya tau itu hanya perasaan berlebih saat kita sedang mengalami masa pe em es yang menyebalkan itu, atau juga hanya segerombolan ketakutan dan kegelisahan yang kurang berlalasan. Catatan, saya adalah seorang perempuan yang melankolis, sedikit sentimentil dan moody (tak lupa, ceroboh serta selalu gegabah bertindak sesuatu. Sangat jauh dari tipikal perempuan ayu, manis, dan feminim). 

Tapi pengalaman mengatakan, saya pernah mengalami beberapa firasat entah baik atau buruk dan itu terbukti terjadi (seringnya buruk). Contoh, kepergian kakek dan nenek saya beberapa tahun lalu masih melekat dalam bayangan saya. Bagaimana tidak, setelah saya pikir dan mereka-reka apa yang terjadi sebelum mereka meninggal, rasanya itu sudah seperti sebuah pertanda. Entah ini kebetulan atau memang ini biasa terjadi ketika seseorang yang sangat dekat dengan kita akan pergi meninggalkan kita selamanya. Lain kali mungkin saya ceritakan bagaimana rentetan peristiwa dan firasat itu. 

Iseng-iseng tadi saya mencari tahu padanan kata firasat. Dari mulai, bisikan hati, fenomena, gejala, gelagat, intuisi, isyarat, perasaan (hati), pertanda, petunjuk, sinyal, suara hati, tanda. Menemukan kata intuisi saya jadi ingat postingan seorang teman beberapa hari lalu, tentang intuisi, tentang firasat. Kami sempat berbincang soal itu dan sama-sama percaya bahwa firasat terkadang bukan hanya perasaan semata. (walau mungkin bagi sebagian orang, yang namanya firasat mungkin kebetulan mungkin juga hanya sebuah perasaan yang berlebihan. Entahlah, saya juga tidak paham betul karena bukan pakarnya tapi saya meyakini itu ada. Intuisi, ya... akhirnya saya mencoba membuka kamus untuk menmukan arti kata dari intuisi, dan artinya adalah : daya atau kemampuan mengetahui atau mema-hami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati. Well, aku rasa dengan penjelasan seperti ini, setiap orang pastinya punya intuisi sendiri terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya, ataupun yang terjadi pada dirinya sendiri. Pertanyaanku adalah, bagaimana menjamkan intuisi itu, dan membedakannya dengan sekedar perasaan atau kegelisahan yang berlebih? 

Ya, kadang saya pun menganggap sesuatu seperti firasat, tapi setelah ditelaah lebih lanjut mungkin itu hanya rasa kwatir yang berlebih, prasangka yang berlebih dan perasaan yang terlalu dibawa melow berlebih. Atau boleh dikatakan saat kita pernah mengalami kejadian buruk maka kita akan lebih parno ketimbang sebelumnya terhadap hal-hal kecil yang terjadi di sekitar kita (konteksnya adalah saya). Mungkin benar saat beberapa waktu lalu pacar saya bilang, pikiran saya itu saking gaduhnya menulispun jadi sangat ribet dan menuliskan sesuatu dengan kalimat yang berbelit-belit. Dan hasil dari pikiran yang teramat gaduh itu adalah ketakutan saya sendiri akan hal yang sebenarnya tidak terjadi atau belum tentu terjadi. (ini bagian bodohnya saya, menterjemahkan kehati-hatian, belajar dari pengalaman tanpa memikirkan hak tersebut secara logis dan pikiran yang jernih).

Seperti beberapa waktu lalu, saya suka panik sendiri ketika handphone seseorang mati, atau mendadak dia tak punya kabar selama seharian (dan padahan saya hanya mencari sedikit darinya tanda bahwa dia baik-baik saja itu cukup). Kalau saya boleh beralasan kenapa ketakutan seperti itu ada, mungkin itu karena pengalaman saya sebelumnya, kehilangan atau ditinggalkan seseorang dengan cara tanpa pamit tanpa sepatah kata apapun. Dari jauh dia cukup mengganti nomer hapenya, dan "pufff" hilang semua jejaknya. Dan itu menyakitkan, bukan?



Itulah sebebnya saya berfikir saya harus pandai-pandai memilah mana itu intuisi, mana itu hanya perasaan yang berlebih. Jika tidak mungkin saya akan hidup dengan prasangka dan ketakutan-ketakutan tidak beralasan. Mungkin salah satunya yang kemarin saya pelajari dari temen saya adalah dengan mensugesti diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Bagiku, mungkin ketakutan adalah penghalang kita untuk menjadi lebih baik, ketakutan dan trauma hanya akan menyiksa diri saya dan selanjutnya saya hanya akan menjadi seseorang yang pincang dan tidak total melakukan apapun. Jika kita sudah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, dan memberikan semua yang terbaik, maka sisanya hanyalah kepasrahan mengikuti alur yang sudah disediakan oleh hidup (tepatnya, Tuhan lebih tahu tentang sebuah akhir). Que sera sera...yang harus terjadi terjadilah sekalipun itu menyakitkan 

mendung berkisah 
bersilang di jemari langit
pertanda, terjadilah...

*postingan satu lagu ini sepertinya akan jadi dua lagu, hehehe....inilah tanda2 orang gak fokus



2 komentar:

Swallow Learn To Fly mengatakan...

saya juga gak tahu firasat itu apa? apakah seperti konsep jalan pikiran Merlin? maksudku dalam suatu kondisi tertentu otak kita sebenarnya bekerja dengan prosentase melebihi biasanya.

efeknya kita jadi bisa "membaca-rasai" masa depan atau hal-hal yang di luar kelaziman pikiran kita sebenarnya?

April's Corner mengatakan...

aku juga gak tau, hanya percaya. mungkin itu intuisi? atau mungkin pertanda, atau juga mungkin satu kemampuan yang biasa di miliki semua orang. atau mungkin itu yang disebut nurani... *keblinger kan... :))