Minggu, 26 Juni 2011

day 01 - Hanya Sebuah Surat

: efw

Hei, rasanya baru berapa bulan sejak pertemuan kita terakhir tapi aku rasanya sudah tidak melihatmu selama bertahun-tahun. Mungkin dalam bayang benakku, aku masih merindukanmu sebagai sosok seorang gadis cantik berusia 17 tahun, yang pernah mengajarkan ku tentang senyum.

"Ri, sering-sering senyum deh. Kamu tuh manis kalo senyum, semua orang pasti menyukai senyummu "

bergandeng tangan
saling melempar pandang
sahabat cerlang

Barangkali sejak itu aku perbubah dari seorang gadis pemalu, minderan sulit bergaul berubah menjadi seseorang yang lebih percaya diri dan mudah bersosialisasi setelah bertemu denganmu. Entah itu karena senyum itu, atau kamu yang selalu membawaku kesana kemari dalam setiap aktivitas sekolah. Tapi kurasa, akulah yang selalu mendapatkan keberuntungan perhatian karena aku berteman dengan salah satu murid yang paling disukai di sekolah. Bagiku, kamu memliki segala hal yang tidak aku punya dan tentunya. Dulu aku selalu berfikir bahwa kamu akan mendapatkan kehidupan yang cerah (jika dibandingkan denganku)

Tapi mungkin begitulah roda kehidupan. Di pertemuan kita yang terakhir, aku tak lagi menemukan sahabatku yang cemerlang itu. Kamu, dan segudang pilihan hidupmu yang tidak aku mengerti. Kamu masih sama cantik, senyummu masih sama seperti dulu tapi satu hal yang berbeda, yaitu senyummu semua seakan berat. Maaf kukatakan ini dengan sejujurnya, aku terlalu sedih memikirkan sabahabtku yang kini lebih mirip seorang manipulator cerita seperti yang ada di sinetron-sinetron itu. Hei, kamu takkan selamanya bisa berdiri diatas dua sampan, ketika satu kebohongan hanya menciptakan drama kebohongan lain,  hanya akan membuat mu karam diantara keduanya.

Tidakkah kamu mensyukuri kesabaran seorang lelaki yang di depan altar telah menetapkan hatinya dengan ikrar sehidup semati, tidakkah kamu mensyukuri seorang boceh lelaki yang begitu lucu dan memiliki senyum yang sama manis dengan dirimu? Tapi mengapa sekarang kamu memilih mendua hati hanya untuk mempertahankan cinta lama, dengan alasan keadaan dan keterpaksaan? Hidup ini memang sudah seperti sebuah drama bukan, kurasa kita tak pernu menambahkan ceritanya hingga menjadi begitu dramatis.
Pertanyaanku, sampai kapan kamu akan begini?

"Aku sudah tidak tahu mana yang benar mana yang salah, hidupku sepertinya saat ini ada di titik paling rendah". (sepertinya ini jawabanmu yang paling sederhana dari serentetan cerita, juga pembelaan diri. ) 

Tapi baiklah, sepertinya aku memang tak bleh menghakimi semua tindakanmu lebih jauh. Dilihat dari sudut manapun, aku juga saat ini tidak memiliki catatan sejarah kehidupan yang lebih baik darimu. Mungkin, perbedaan utamanya adalah saat ini aku sudah berhenti dari semua petualangan (gila) dan memilih menjalani kehidupan ini dengan mengikuti alurnya. Bagaimana denganmu?

almanak lebur
mengendap busuk
ampas hati

Berharap suatu hari, kau menemukan suratku ini. Dan berharap saat itu kamu sudah bisa menentukan dimana kakimu akan berpijak. Berharap kamu juga menyingkirkan segala ketakutanmu untuk keluar dari "zona nyaman" yang selalu kita bicarakan berulang-ulang. Dan saat itu, aku berharap kembali menemukan sesuatu yang kurindukan dari dirimu, yaitu senyum (tanpa kepalsuan).


ps : i miss you, dear...gw berharap Is keluar dari lingkaran setan itu!

0 komentar: