1/
selalu, setiap akhir pecakapan
kau berkeluh kesah
cinta itu seperti udara, katamu
sambil mengusap air mata
bertanya apa rindu melampaui benua, juga waktu dan debudebu
cinta itu seperti udara, katamu sambil
menatap mega mendung
membaca arah angin, meramalkan
cuaca dan juga nama-nama
di persimpangan, bertemu sepasang
tua renta saling bergandengan tangan. Entah siapa dicinta, siapa mencinta, dan
kau pun gagal membaca cerita. Tak menemu
jawab.
2/
ada ingatan yang memanggilmu dari segenap arah
cerita demi cerita, setiap
potong kisah yang berserak
padahan, dulu saban hari kau
memungut kepingan-kepingan itu
cerita carut marut, lalu
menguburkannya di sebuah pemakaman. hati mu...
maka kau bilang kenangan itu
hantu, aku menepisnya “bukan!”
kenangan itu fiksi!
3/
sekali waktu, di tengah malam
buta yang sepi
kau membuka jendela kamar dan
melihat dunia; begitu senyap
berandai sepi itu gaduh, dan mimpi adalah kenyataan
Kau pun tertawa sejadi-jadinya
sambil menangisi, “bilamana dunia itu adalah kesalahpahaman, bagaimana jika
tawa adalah benar-benar air mata. (*)
13 November 2013 - Bogor, ketika deru hujan adalah teman terbaik mendinginkan kepala
(* quote Søren Kierkegaard)
1 komentar:
ah mampir lagi di rumah teteh, ternyata komenku muncul deh ahahahahah di tulisan yg terakhir banyak banget komen aku ahahaha well sebenernya aku ga bisa komen banyak sih teh kalau soal puisi, cuma bisa bilang seneng aja bacanya hihihihi
Posting Komentar