Sabtu, 23 Juni 2012

only time



Who can say where the road goes
Where the day flows
Only time...

Berjalanlah, ke jalanan sepi pinggiran kota. Sekedar menikmati pagi datang sebelum matahari menantang mata-mata yang kian lelah mencari dan mencari. 

And who can say if your love grows
As your heart chose
Only time...
 
Tidak ada hujan, tidak ada embun apalagi kabut. Tidak ada derap langkah kaki, tidak seorang pun.

And who can say why your heart cries
When your love lies
Only time...

Kata hati menumpang lirih pada angin pagi sebelum segala yang manis mengucap salam. Sebelum segala yang pahit meninggalkan kenangan di pangkal lidah. Berjalanlah.

Who can say when the roads meet
That they might be 
In your heart...

waktu, waktu waktu....


And who can say when the day sleeps
If the night
...night keeps all your heart...

Di penghujung jalan, jangan pernah takut bila senjakala datang. Sampaikan salam pada Bumi Tua, "selamat datang kegelapan". Larutlah bersamanya hingga pekat

Who knows? Only time...


lengang....


Who knows? Only time...


Vespa, 23.06.12 , just let me be empty for a moment... 
 

Sabtu, 09 Juni 2012

18.10, catatan

1/
kata orang waktu ini adalah senjakala
yang sesaat, sekejap untuk tersesat

ketika memintas waktu
2/
gerimis mulai berguguran
aku melihatnya dari dalam sekotak kaca

ketika lampu-lampu kota membias, remang
3/
sebentar waktu menyusut
namun aku belum ingin beringsut
selembar catatan menjadi kusut

Senayan, 08 Juni 2012 - 18.10
: Silahkan sesukamu datang, hujan. Di sini ada tempayan-tempayan kosong terbiar di beranda menunggu diisi. Tidak apalah, semisal petir dan angin ribut berderu memanggil seribu rindu yang tersudut oleh waktu. Selamat datang hujan, hujan yang paling tabah. Hujan bulan Juni


Kusampaikan kepadamu sebelumnya, semoga tidak pernah lelah mendengar keluhan dari seorang perempuan, karena aku juga hanya seorang perempuan seperti kebanyakan perempuan yang pernah ada di muka bumi. Ketahuilah, saat kata-kata ini tersurat, kasih sayang dan kesabaranku masih tetap tumbuh selayaknya menimang harapan.

Harapan. Mungkin jika memintamu menggambarkannya, kau akan menggambar harapan seperti lukisan sketsa yang berwarna hitam dan putih. Seperti katamu, kau adalah ada dalam hitam dan putih, atau di antaranya. Di antaranya, ada kita. Tentu saja ada aku, dan kecintaanku pada hijau daun, warna kehidupan. Kehidupan yang belajar kucintai di bawah guyuran hujan.

Klise memang. Menuliskan ini tak pernah berharap kau akan tersentuh. Serangkaian kalimat demi kalimat, yang tidak pernah selesai menjadi mantra memanggil hujan. Tidak juga mendatangkan bahagia, meski aku tidak tahu bahagia itu apa.

Bahagia itu, mungkin ketika aku bisa mencubit perut buncitmu. Ketika aku bisa tidur di sampingmu dan mendengkur. Bahagia itu mungkin, saat aku menawarkanmu segelas air putih saat lelah. Tapi apa bahagia itu?

bahagia itu mungkin, saat aku menerima bisa menerima kenyataan dan bersabar, bahwa menunggu adalah sebuah jawaban. Menunggu, satu saat rahim ku terisi oleh kehidupan.

vespa, 06062012.

jika mencintai adalah kedewasaan, maka dicintai bagiku adalah pengampunan

:(