Kamis, 28 April 2011

sebuah litani kecemasan dan rindu (anggaplah begitu)

Tiba-tiba seorang gadis melompat dari pembaringannya. Terhenyak, seakan terhempas dari lautan mimpi biru, dalam kengerian dan ketakutan. Entahlah, apa hanya bayangan kamar gelap  mengahantui menjelema menjadi iblis yang siap mencengkaram ubun-ubun dan melahap dirinya hingga tinggal ampas. Atau saja mungkin hanya sebuah manifestasi ketakutan akan dosadosa dan kesepian, yang mengambang di perantaraan alam pikiran gamang. Sekujur tubuhnya gemetar, dan hawa panas menjalar dari kaki hingga mengubun dan seakan siap membakarnyanya hidup-hidup. Seperti neraka.

Si gadis berlari keluar dan berteriak seperti kesetanan (atau mungkin memang kerasukan). Tiba-tiba seseorang memeluknya dan mencoba menenangkannya. Seseorang itu sama takutnya ketika mencoba memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang dan rasa khawatir. Tidak mengerti apa yang terjadi, hanya bisa menenangkannya.

Perlahan dia tersadar, dan mencoba mengumpulkan separuh kesadarannya yang sempat berlepasan dari kenyataan meski sesaat. Dalam usahanya mencari kewarasan, dalam benak ketakutan ia perlahan hanya bisa berfikir dan berkata pada dirinya sendiri  “papa, sudah berapa lamakah engkau tak memelukku seperti ini?” 

-bandung, November 2010-
To my beloved father, did you miss me? I’m still your little girl

dalam separuh usia

berapa putaran kalimat sahadatku berulang kuucapkan
berguguran, jatuh satu per satu
dalam sebuah mazmur

bergumam....

hanya ada aku, dan sebuah lilin yang menyala dalam gelap
tik tak jam dinding dan suarasuara deru di kejauhan sana
gempita ayatayat yang alpa terbaca olehku
dalam gedup jantung, tak beraturan

o, inikah ratapan dari lidahlidah kesunyian
disenandungkan sebelum lelap gelisahku di ruang mimpi
mengawang, berterbangan, bertebaran
dalam satu kedipan mata

telah kutabuh, doadoa
dari yang tertunda

Bandung, 27.04.2011

Gamang

ada tubuh dengan gamang di bayangnya, mencari setitik cerah dari tempat di mana pernah ada sebuah risalah. setiap saat baginya adalah peluh, adalah lenguh yang mengabarkan betapa jauhnya semua yang ia cintai. seperti mengibu pada air susu perempuan yang menamainya anugrah, seperti merindu pada lanskap langit dan semilir angin dari tanah seberang.

17.04.2011 

ps : beib, setiap kita pasti belajar menjadi seseorang yang lebih baik, to be a better man.

Senin, 25 April 2011

Musim


: B.R Ginting
kerontang ini hanya semusim dari dahaga bumi yang tertunda, begitu juga dengan penghujan hanyalah semusim basah setampung istirah matahari sebelum kembali menjadi terik. dan rindu, benar katamu, kadang terlalu kejam untuk selarik catatan keinginan yang kusut masai, terkulai di sudut ruang tunggu bernama mimpi.

"tapi kitalah yang berjalan di jalan ini, bukan begitu? saling memapah, mencari jalan pulang"

menebas angkasa, berbalas tatap dengan mereka
kini, dan entah sampai kapan...

cinta, waktu itu akan terus berjalan

riuh
gaduh
sepi
senyap
hening

dan berlalu, dengan atau tanpa kita

20.04.2011

Minggu, 24 April 2011

Jodoh Buku

Setahun yang lalu, aku pernah memposting foto koleksi buku-buku yang aku punya. Ada beberapa buku yang bukan buku bacaan ku karena bukan milikku dan juga beberapa buku berbahasa inggris oleh-oleh seorang teman sepulang dari Singapore. Aku pernah menjelaskan pada seseorang tentang buku-buku yang menganggur tak terbaca ini, dan ku katakan entah untuk apa buku ini di tanganku. Dia menjawabnya seperti ini "simpan saja buku itu, ri. setiap buku pasti akan menemukan jodohnya". 

Ya, akhirnya aku memilih menyimpan buku-buku itu. Sebagian karena bukan milikku tapi milik mantan pacarku yang entah orangnya hilang kemana. Buku-buku yang tertinggal adalah beberapa buku politik, filsafat dan buku rohani. Sedang buku berbahasa inggris itu, aku masih berharap satu hari aku berminat membacanya sekalipun aku harus membuka kamus (karena bahasa inggrisku tak seberapa). 

Tapi sekarang saat aku membongkar kembali koleksi buku-buku ini, aku tersenyum. Mengingat pesan seseorang tadi. Ada beberapa buku yang sudah ku berikan pada teman-temanku yang menyukai topik-topik tersebut, dan setelah aku melihat ketiga buku berbahasa inggris itu aku makin tersenyum. Sepertinya buku ini akan menemui jodohnya, ya...jodohnya sendiri. Seseorang yang memberikan aku nasihat bahwa setiap buku akan menemukan jodohnya, seperti aku menemukan orang itu di saat tergelapku. 

Setelah ini, kelak aku ingin memberikan buku ini untuknya (setidaknya pasti dia tak sesulit aku membaca buku-buku berbahasa inggris).  Setelah ini, sampai kapanpun aku akan menjadi seorang pencinta buku, yang senang menghabiskan berjam-jam waktu untuk membaca. Dan setelah ini, aku akan terus belajar mencintai buku yang aku percaya banyak memberikan pelajaran juga hiburan. Dan setelah ini juga, aku akan belajar terus mencintai seseorang yang telah mengajarkan aku tentang "jodoh buku". Ya, karena dia sekarang adalah lelaki yang aku cintai dengan sangat. Seseorang yang tanpa sadar banyak aku dengarkan kata-katanya sebelum aku tau akan jatuh cinta pada dia, seperti saat ini. Thanks you, hunny...

flower city. 24.11.2011

Minggu, 17 April 2011

-nocturno- (serupa ilalang)

: nocturno

aku selalu rindu menjadi sebatang ilalang,
menengadah pada bulan pucat yang bersandar di punggung cakrawala. dan menari dalam remang, pasrah dipermaikan orkestra senyap- angin malam

04.04.11

katarsis: senja di bulan april

apa kau tahu, senja adalah bayang yang mengantar segala lelahku pada lelap. ada semacam ketersekejapan singgah, binar merah saga di pucuk sore hari yang menantikan sepi. saat nafasnafas bergegas pulang, rindu rumah, rindu istirah dan sekedar merebah tubuh gelisah.

tadi, aku baru saja melewati satu silsilah hari

04.04.2011

- perempuan yang terlambat -

Adalah kupukupu biru jalang dari rahim waktu yang terbilang hilang, terlahir ceria dari sapa dan debudebu senja. Adalah pemintal kenangan dari musim semi semua berawal, sebuah ihwal dari sajaksajak patah yang terlahir tanpa dawai. Adalah sepatah rindu yang tercipta dari kesederhanaan bisu, keheningan tabu yang kerap berujar tentang sendu.

: adalah aku, perempuan yang terlambat

04.04.2011

epitaf : yang tak bernama

: kepada april, perempuan yang terlambat, februari yang tertinggal

satu almanak penuh duka terlewati, dosa terwakili, namun hati tiada pernah terobati. di sini, rongga dadaku tak seperti karet, saat aku menampung tadah hujan airmata...

membilas kenangan tak sama dengan dengan mantrai hati dengan ikhlas, di sini waktu mengabadi luka yang tiada terganti sesal. patah rindu sebelum saling menemu kita satu dan berpeluk.

aku, perempuan....yang pernah menjadikan mu ada, dan tiada dalam rahim hujan - satu pagi, februari basah
: oleh durja, aku yang terlambat

*listening tak ada gantinya by ipank.
"bantu aku, pergi dari sepi yang kurasa menyakitkan"

03.11.11

-untitled- hanya sebuah ceracau malam

betapa abadi sajaksajak yang menganak sungai, bermuara...
lalu tersimpan antara laut dan matahari

aku menunggu, bibir terkatup...

sementara, di belakang halaman rumah, di sawah-sawah
serangga bernyanyi, katak berpuisi; lagi-lagi
segelintir pesan tentang janji musim

......lalu kutulis jua puisi
dari air mata yang pernah kering. sebuah sabda
dengan panjipanji atas kenangan, kesetiaan, juga ingkar

"jadilah, ayat-ayat rindu yang tak pernah selesai, tersebar di ladang para petualang rasa"

namun apa benar? sekali saja
kata sama dengan ucap, lalu kita sama dengan bayang

reenworld, 11.03.2011

Lenyap

: siapapun itu yang pernah singgah

di sini, desau angin berbisik, lirih
membaca separuh kisah langit dan bintangbintang

huff...

satu hela nafas saja dan sejengkal jarak titik temu
serta kehilangan. dan benarlah adanya
l e n y a p

30.03.11

eksistensi itu esensinya sama dengan hampa, kita tak kembali pada sejarah di titik nol

Senin, 11 April 2011

di sini gerimis bermula, belum menemu akhir
merapalkan baitbait yang tak pernah selesai menjadi mantra

.....serenade ritmis, mungkin juga magis

senyawa hening dari rahim waktu
senyap paling riuh dari segala yang gaduh

itulah rindu....

bandung, 26 Maret 2011

close to you ^_^

selebihnya catatan ini hanya berceloteh tentang rasa
dan kamu, ada di sela--sela baris dan aksara yang tak cukup tertata untuk sebaris kalimat
waktu untuk sebuah tanda tanya, dan jarak hanyalah kata penghubung

-masih, dalam sebaris rindu (selalu ada tanda baca koma)-

^_^, close to you

bandung, 19.03.2011

Episode Rindu : Dari Kamar Tidur

Aneh rasanya, jika menulis tentang lanskap langit
yang kerap kulihat dari jendela rumah
tentang dadaunan basah dan kabut dari balik kaca
atau tentang rumput ilalang yang melambai
dari balik kaca

aku, di ruang 4 x 4
(dengan penerangan remang, masih bergelung dalam selimut)
mataku masih menyusur berita-berita seputar bencana
teror, dan juga isuisu basi yang begitu rentan
- ketika kau kadang terlintas dalam benak resah
tersenyum dari balik layar ponselku, ada aku di situ
pada satu masa perjumpaan

o, apa sebenarnya arti jarak? apa yang tersisa dari waktu ?
lalu sepotong kenangan tak lengkap
dan kecemasan

Kau tahu, aku terkadang ingin menulis
masih tentang rumput ilalang liar
dan tentang taman kunang-kunang di depan jalan rumahku
juga kau

Tapi, aku masih di ruang 4 x 4
(dengan penerangan remang, masih bergelung dalam selimut)
masih berkutat dengan buku-buku fiksi
yang tak juga selesai kubaca sampai tuntas
juga lariklarik euforia yang masih sama ambigu, bagiku
- ketika kau terilintas dalam benak, tinggal suara dalam kata
di tengah rutinitas, memperbincangkan tentang hari ini
seperti meminum segelas cappucino,yang pernah kita sesap bersama

lalu kau di mana, cinta?

-dalam sebaris rindu-

Bandung, 19.03.2011 - 03.17

-risalah-

segala yang bergeming di rongga dada
lafalkan sekali lagi ayatayat yang tak pernah tuntas 
untuk dibaca

: kematian berulang bagi segala risalah 

bandung, 15.03.2011

Pemimpi

 : Lamhot Susanti Saragih

Adalah hati yang membujuk rupa kenangan pada silam. Ia berjalan seakan merepih segala yang tercecer di bilangan masa. Sesekali ia memincingkan mata dan berkata dengan notasi yang paling sinis  

"ah sudahlah, getar-getar itu hanya ilusi dan keterasingan yang tak dapat dipercaya. Kita tersesat dan aku yang terlalu bodoh"

Tapi ketahuilah, dalam diam yang indah ia mengumpulkan remahremah rindu yang begitu manis. Selaksa keinginan mengecup kening malam dalam impian, sebelum jam berdentang duabelas kali dan menutup lembar hari.

adalah hati, seorang putri pemimpi

reenworld, 30.03.2011

Melankolia Rindu : Sentimental Sesaat

Ku biarkan ini menjadi sesuatu yang sentimental. Liris jatuh di antara derik hujan yang baru saja turun ketika malam membuka sebuah episode usang. Masih kita memainkan lakon yang itu-itu juga, dengan rasa yang datang dan pergi. Meski, tak pernah sama persis lagi kehadirannya.

Sesuatu yang tak lekang, meski waktu itu kaku. Perputaran yang tak pernah mundur namun berhak penuh untuk berlari dan mendahului sebelum kita berteriak "jangan!".

Adalah nilai kenyataan yang terlupa, terhanyut, dan terlena. Saat kita menikmati secangkir kopi pahit di antara carut yang bersahaja, antara larut dan terjaga. Semisal rasa khilaf, tak lagi layak untuk disucikan oleh seisi jagad.

O, mengertilah aku mendamba kesekian rasa sakit yang pernah menjadikan aku tempias bayang. Untuk sekedar mengenang, menjadikan malam ini lebih panjang dan membiarkan sentimental ini tinggal sedikit lebih lama - lalu hilang saat pagi terlambat datang.

19.03.2011

(haiku) - kesetiaan

 ini tentangku
dan hujan merah jambu
kesetiaan

Bandung, 121210 @silencecorner

Tentangmu, Sebuah Nama

 : rebelious rain soul 

1/
Adalah nama, hanya titipan sebuah epitaf - kelak. Dan kau tuan, aku tak pernah tahu siapa namamu sesungguhnya. Satu sisi rupa, dua atau beberapa panggilan, mungkin hanya menggenapkan dirimu dan aroma secangkir kopi yang kau sesap setiap pagi. Pahit.

2/
Setelahnya, sebatang kretek akan menemanimu mengawang imaji; katakata. Berjuntai kisah, mungkin roman picisan, atau sesekali monolog serapah kosong melanglang dengan rasa yang selalu berulang. Menasbihkan gerimis paling gaduh untuk sepersekian kisi waktu.Sepi.

3/
Tapi apa yang kau cari, tuan? Bukankah sudah begitu cara seseorang datang dan pulang ke alamat kenangan tak bernama, dengan rasa yang (lagi-lagi) sama?. Oi, nyeri itukah yang masih kau cari? Seperti beribu tusukan jarum di tubuhmu, dan serupa reliku di wajah tirusmu.

09.03.2011

INTERLUDE HUJAN

Semusim senja yang basah, merajukkah dirimu menggumpal kata yang berdetak. Di bawah derai rongga langit, rindu membahana dari seorang pengembara hening di awal musim. Sudilah kiranya segenap semesta menampung  letih dan airmata, meski sesekali ia mendurga di atas sepi yang indah.
: pada sebuah interlude, belum lagi usai rerintik jatuh memenjarakan mimpi kusut masai hingga terkulai

Bandung, 07 Februari 2011

Nada Kehidupan

lalu inikah kehidupan itu?

Ketika sang surya menorehkan gurat kuning keemasan seperti sebuah siluet di sebidang cakrawala; ketika langit hanya menyisakan sedikit ruang untuk pendar cahaya menembus gumpalan-gumpalan awan yang berarak; ketika angin berbisik mengajak rumput dan ilalang berdendang menari bersama nada paling hening - mengantar sejauh tatap mata berbatas pandang.

Ketika berhadapan dengan laut yang begitu tenang, ombak berdesir perlahan menepi menghapus jejak-jejak pasir yang tertinggal. Ketika seseorang duduk terhanyut dalam lamunan, hanya ditemani seekor kawan yang paling setia, tanpa percakapan, cukup saling memahami.

Ketika setelahnya hanya akan ada kekosongan saat sosok itu pergi dan berlalu, menjadikan waktu sebuah rekaman hitam putih dalam alunan orkestra alam paling indah – simfoni ingatan, juga rindu.

hei, barangkali inilah kehidupan itu

13.03.2011

(ode) Pejalan Malam

: reza
Malammalam romansa itu saling berkejar, susul menyusul pada mungkin yang entah bagaimana kau menamainya. Selaksa kepingan rindu, esensi yang sama masih begitu melekat dengan aroma kecintaanmu pada hitam. Berapa lama lagi, berapa jarak dan usia tempuh sebuah perjalanan? 

“aku, masih bernafas” jawabmu, selalu dengan nada yang paling sederhana 

Sesaat lalu kau melirihkan hangat dian mentari yang masih saling melambai bersama musim duka kitab abadi. Belum juga usai kau membacanya

“tentu saja, harum ingatan dan tempias gerimis itu berbeda, seperti bumi enggan menistakan cinta kasih pada Sang Malam” katamu.


 27.02.2011

anothe day without...

sudah berapa lama aku berdiam disini memulihkan segala ketakutanku? toh semua kekhawatiran itu sebagian masih enggan bergegas bukan? jika aku bisa mempercayakan diriku pada seseorang, mengaa aku tetap enggan mempercayai banyak hal prinsipil di sekitarku yang begitu nyata. Toh, semua kejadian buruk itu hanya diijinkan terjadi padaku bukan? tetap berdiam disinipun aku akan tetap menemukan resiko-resiko itu dan itu sedah terbukti. aku lelah....

Senin, 04 April 2011

- penyesalan-

: deep inside my heart

di sini aku ada, tanpa sepatah kata
dan di sini, kita terlupa bahwa semua pernah ada

hitung saja lilitan waktu, demi waktu
yang tak pernah tersimpul menjadi semu
setubuh keadaan meski ambigu

di sini, dalam lugu. gadis kecil,kau namakan ceria,
di penghujung satu usia. Mungkin hadiah terindah

kini, dialah musim semi pada nama terkata terlambat
: yang terlunta dari malam, sepatah maaf.

04.04.11

Sabtu, 02 April 2011

-none-

seberapa jauh jarak?
seberapa banyak waktu
dan seberapa banyak sampah


seberapa aku paham, dan seberapa panjang kesabaran itu?

oh, waktuku sangat berlimpah hari ini, sangat berlimpah! hingga aku ak tau seberapa banyak sampah yang kubuang hari ini.

bandung, 03.04.2011